Aufa dan Gas Kehidupan

#ceritaanak

 

Aufa adalah seorang anak perempuan yang senang sekali mengamati langit di waktu malam. Hal ini dimulai ketika ia bermimpi tentang seorang bidadari cantik yang mendatanginya. Bidadari itu berkata, bahwa Aufa bisa saja datang untuk bermain ke tempatnya berada, jika ia mau. Aufa mau sekali. Sejak lama, ia ingin bertualang ke tempat lain selain bumi yang sekarang ia diami.

Ia merasa di bumi tempatnya tinggal sekarang, tak ada yang mau berteman dengannya. Semua teman menjauhinya, hanya karena ia anak yatim piatu yang miskin, tak punya baju bagus dan mainan yang cukup, untuk diajak bermain bersama teman-temannya itu. Selain itu, Aufa juga tak punya siapa-siapa lagi, kecuali seekor kucing bernama Oranye.

Setiap malam ia termenung di jendela rumah reotnya, menatap bintang. Ia tak peduli, Bombom dan Nail, temannya yang nakal sering meledeknya ‘gila’.

Suatu malam, Aufa sedang mengamati langit seperti biasa, ketika Ibu Bidadari benar-benar menjumpainya. Aufa mengadukan kesepiannya dan juga tentang kedua temannya yang nakal itu. Aufa juga bilang, ia ingin tinggal di Promethea saja, tentu bersama Oranye.

Ibu Bidadari berkata, dia bisa saja pergi ke Promethea, tapi harus berangkat sendiri. Karena Aufa adalah seorang manusia, sementara Ibu Bidadari bukan manusia, maka mereka tak bisa pergi bersama. Aufa harus membawa sebuah tabung berisi gas kehidupan. Gas kehidupan itu ada di sebuah gua di bawah tanah yang dijaga oleh sepasang macan besar yang ganas.

Saking inginnya pergi, Aufa mengajak Oranye pergi ke gua yang dimaksud. Benar saja, dari jauh sudah terdengar auman sepasang macan itu.  Begitu melihat Aufa dan seekor kucing (Oranye) yang bulunya mirip dengan bulu macan, kedua macan itu mengaum makin keras dan mengejar mereka. Untunglah akhirnya mereka menemukan sebuah semak berduri yang cukup aman untuk sembunyi. Kedua macanpun kehilangan jejak.

Aufa dan Oranye terpaksa berbalik arah, menjauhi gua, karena merasa takut pada macan itu. Di perjalanan menuju gua, Aufa dan Oranye bertemu dengan Pak Manan, sang penjaga hutan dimana gua itu berada. Pak Manan bercerita bahwa sepasang macan itu berjaga di mulut gua, karena mereka sedang menunggu anak mereka yang masuk ke dalam gua itu dan belum kembali hingga sekarang. Jadi kalau mau selamat memasuki gua itu, Aufa dan Oranye harus dapat menemukan anak macan yang hilang itu dulu.

Berdasarkan petunjuk pak Manan, Aufa dan Oranye berjalan memutar. Mereka harus mencari pintu masuk yang lain ke gua itu yang tak dijaga oleh macan.  Dalam perjalanan, mereka menemukan sebuah lorong rahasia yang membawa mereka ke dalam gua.

Alangkah terkejutnya mereka ketika di dalamnya, mereka menemukan sekumpulan tulang belulang binatang. Belum habis rasa terkejut mereka, ternyata itu adalah tempat persembunyian para pemburu macan, yang dengan serakah membunuhi macan, terutama anak macan yang tak berdaya, untuk diambil kulitnya. Caranya dengan memancing mereka ke dalam gua dengan aroma daging segar dari hewan yang juga sebelumnya sudah dibunuh dengan kejam. Dan itu ternyata ulah Pak Kebo dan Pak Bondo, ayah  Bombom dan Nail. Aufa dan Oranye ditawan oleh Pak Kebo dan Pak Bondo, beserta Bombom dan Nail, yang mengancam Aufa agar tak melaporkan kejahatan mereka kepada Pak Manan dan Polisi Hutan.

Berkali-kali para penjahat itu memaksa Aufa agar mengaku apa tujuannya pergi ke gua. Akhirnya karena tak tahan disiksa, Aufa mengaku bahwa ia ingin mencari gas kehidupan. Menyangka itu adalah semacam gas sakti yang akan memberi mereka umur panjang, kekebalan, dan kemampuan menghilang agar tak tertangkap polisi hutan, keempat penjahat itu segera menjelajahi gua untuk menemukan gas kehidupan itu.

Sementara disekap di gua gelap itu, Aufa didatangi kembali oleh Ibu Bidadari. Beliau mengatakan bahwa ada tiga macam gas di dalam gua itu.  Pertama adalah gas yang berbau seperti karbol, jika dihirup dalam jumlah banyak akan membuat pusing dan bahkan pingsan (gas hasil pembakaran alcohol), yang akan ditemui di pintu gerbang gas kehidupan di dalam gua.  Di pintu itu ada sebotol anggur dan setitik nyala api yang akan menghasilkan gas itu. Kedua adalah gas yang akan ditemui begitu menggeser gerbang pertama, yaitu gas yang berbau busuk seperti kentut atau telur busuk (gas ammonia). Ini jika dihirup dalam jumlah banyak akan menyebabkan kematian. Ketiga, adalah gas kehidupan itu sendiri yang akan ditemui setelah memasuki gerbang kedua.  Di dalam gerbang itu, jika beruntung, Aufa akan menemukan anak macan yang ternyata bersembunyi di situ.

Lalu apa yang terjadi dengan keempat penjahat? Mereka berhasil menemukan gerbang pertama yang di depannya ada minuman anggur. Mereka haus dan akhirnya minum anggur itu hingga mabuk. Sementara pengaruh alcohol membuat mereka pusing dan tidak konsentrasi ketika membuka gerbang pertama. Saat berhasil membuka gerbang pertama itulah, mereka tak menyadari bahwa di atas gerbang tergantung topeng-topeng yang harusnya bisa melindungi mereka dari gas beracun. Akhirnya mereka menghirup gas beracun itu dan menemui ajal di sana.

Setelah berusaha melepaskan diri, akhirnya Aufa dan Oranye berhasil meloloskan diri. Mereka berhasil mencapai gerbang pertama dan bertahan tidak minum anggur, meskipun haus. Mereka melihat topeng dan memakainya sehingga saat membuka gerbang pertama, tidak keracunan, meski sempat sedikit menghirup gas beracun itu.

Di gerbang kedua, mereka berhasil masuk dengan menggeser pintunya. Di sana mereka menemukan anak macan itu bertahan hidup dengan memakan tumbuhan yang tumbuh di sana karena ada gas kehidupan. Aufa dan Oranye segera memenuhi tabung yang mereka bawa dari rumah dengan gas kehidupan, sambil tak lupa menyelamatkan si anak macan.

Akhirnya Aufa, Oranye, dan anak macan berhasil keluar dari gua.Mereka menyerahkan anak macan kepada orang tuanya yang sangat bahagia. Sebagai tanda terima kasih, sepasang macan itu mengantarkan Aufa dan Oranye ke sebuah lapangan di dekat gua, dimana terdapat sebuah balon udara yang bisa membawa mereka terbang menjelajahi dunia. Bukan main senangnya Aufa.

Saat sedang mempelajari balon udara itu, Ibu Bidadari datang dan mengajarkan Aufa dan Oranye terbang, bahkan hingga ke bulan dengan berbekal gas kehidupan di punggungnya, yang tak lain adalah gas oksigen. Akhirnya tercapai juga keinginan Aufa untuk jalan-jalan sejenak melupakan kesedihannya di bumi.

 

#30DEM

#30daysemakmendongeng

#day26

#antariksa

About ifaavianty1

A wife, mom of 3 sons, writer and author of about 70 books. Loves books, music, movies, cook, art n craft, history, rain, mall, coffee, tea, and pasta. Oh, and every genius :))
This entry was posted in fiksi, Uncategorized and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment