Ahya dan Akram sayang Ibu

#ceritaanak

 

Sudah beberapa hari ibu mengeluh pusing. Badannya agak panas dan ia lebih sering berbaring di kamarnya. Cucian yang harus disetrika bertumpuk. Biasanya ayah membantu, namun kali ini ayah sedang dinas di luar kota. Untuk makan, ibu suka meminta tolong mas Akna, kakak sulung Akram, untuk membeli lauk pauk di warung Tegal. Kegiatan Akram dan kakaknya Ahya, yang menjalani homeschooling juga ikut berhenti. Keduanya lebih banyak bermain di rumah bersama kucing-kucing mereka.

 

Pagi ini ibu memutuskan pergi ke dokter dengan disupiri pak Nasim. Biasanya ibu tak pernah pergi lama-lama jika ke dokter. Namun hingga siang hari, ibu tak juga pulang. Ahya berusaha menghubungi telpon genggam ibu, namun tak berjawab. Ahya dan Akram jadi khawatir, sementara mas Akna juga belum pulang dari sekolahnya.

 

Waktu shalat zuhur sudah tiba. Ahya segera bergegas pergi ke mushala yang terletak di belakang rumah. Akram yang biasanya suka malas pergi shalat berjamaah tiba-tiba ingin ikut. Buru-buru ia berwudhu. Ahya melihatnya heran.

“Tumben mau ikut ke mushala, Akram?” Tanya Ahya.

“Iya, mas, aku ingin mendoakan ibu. Aku cemas ibu kenapa-kenapa. Jam segini belum pulang”, jawab Akram sambil menenteng sajadahnya. Si Oneng, kucing kesayangan mereka, sibuk menggigiti ujung sajadah Akram yang menggantung.

“Oneng, sajadahku rusak nanti. Ngapain sih kamu?” seru Akram agak kesal karena Oneng membuntutinya terus.

“Iya, Oneng, lebih baik Oneng ikut mendoakan ibu. Ibu kan mamacat, sayang sama kamu dan teman-temanmu” sambung Ahya. Ia membantu menyimpan kembali sajadah Akram, sebab di mushala kan sudah ada karpet sajadah. Akram tidak perlu membawa sajadah ke mushala.

 

Di mushala, kedua anak itu tidak segera pulang, selesai shalat ba’diyah zuhur. Shalat ba’diyah zuhur adalah shalat sunnah yang dikerjakan setelah melakukan shalat zuhur. Jumlahnya bisa dua atau empat rakaat.

Ahya dan Akram berdoa lamaaaa…sekali. Mereka tidak sadar bahwa mushala sudah sepi. Tadi masih ada beberapa jamaah yang mereka kenal, seperti pak Tile, pak Rokib, dan pak Apung, guru pencak silat Akram. Tapi kini tinggal pak Aziz yang merupakan guru Akram di TPA dan guru matematika di klub yang Ahya ikuti. Pak Aziz  perlahan menghampiri kedua anak itu.

 

Ahya dan Bebeb mengusap wajah selesai berdoa. Mereka bersiap pulang.

“Assalamu alaikum, Ahya dan Akram”, sapa pak Aziz ramah.

“Wa alaikum salam, pak Aziz”, jawab keduanya kompak.

“Bapak lihat kalian berdoanya tadi lama sekali. Tampaknya Akram seperti mau menangis. Boleh bapak tahu, ada apa? Siapa tahu bapak bisa membantu”, kata pak Aziz lembut.

Maka berceritalah keduanya tentang ibu yang sedang sakit, dan lama belum kembali dari dokter. Pak Aziz mendengarkan sambil mengangguk angguk.

“Subhanallah, kalian anak saleh yang berbakti kepada orang tua. Allah sayang kepada kalian. Kalian sudah mendoakan ibu. Semoga Allah menjaga dan menyembuhkan ibu kalian”.

“Tapi kami khawatir ibu kenapa-kenapa…” jawab Akram. Ia kembali ingin menangis rasanya.

“Coba kalian tunggu sebentar. Siapa tahu ibu sedang menunggu antrian panjang untuk periksa ke dokter. Sementara itu kalian bisa membuat kejutan untuk ibu. Misalkan memasak makanan kesukaan ibu…. Sambil terus berdoa ya….”

Kedua anak itu saling berpandangan. Seperti ada lampu menyala di kepala mereka. “Oh iya yaaa…” seru Ahya.

Bergegas keduanya pamit kepada pak Aziz. Tak sabar mereka ingin membuat kejutan bagi ibu.

 

Ahya dan Akram langsung menuju dapur. Mereka bekerja sama membuat telur dadar mie kesukaan ibu. Tak peduli dapur jadi berantakan. Setelah itu mereka langsung membereskan baju dan kamar mereka. Mereka merasa lelah namun bahagia karena bisa membuat kejutan untuk ibu.

 

Kedua anak itu tertidur cukup lama, hingga azan ashar terdengar. Mereka terbangun dan mendapati ibu… Ya ibu sedang memakan hasil masakan mereka.

“Ibuuuuuu….. kami khawatir ibu kenapa-kenapa…” seru mereka sambil memeluk ibu.

Ibu tertawa bahagia. “Alhamdulillah, ibu tadi antri panjaaang sekali untuk periksa ke dokter, ternyata ibu hanya sedikit kelelahan. Ibu dikasih obat sama dokter dan harus banyak istirahat. Tapi ibu sudah lebih sehat kok sekarang….”

Keduanya jadi senang. “Alhamdulillah….”

“Oh iya, terima kasih ya, kalian semua anak ibu yang saleh. Terima kasih masakannya dan sudah membantu membereskan kamar kalian sendiri.”

Subhanallah, tak terkira bahagianya Ahya dan Akram. Mereka berjanji lain kali akan lebih rajin membantu ibu supaya ibu tidak sakit lagi….

 

 

#30DEM

#30DaysEmakMendongeng

#Day6

 

 

About ifaavianty1

A wife, mom of 3 sons, writer and author of about 70 books. Loves books, music, movies, cook, art n craft, history, rain, mall, coffee, tea, and pasta. Oh, and every genius :))
This entry was posted in fiksi, Uncategorized and tagged , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Ahya dan Akram sayang Ibu

  1. Salam kenal mbak ifa.. Ceritanya keren..😍

Leave a comment